Sabtu, 28 Juni 2014

Tadarus Al Qur'an

Keutamaan Tadarus Al-Qur'an

Ramadhan, bulan yang selalu dirindukan kehadirannya oleh setiap Muslim. Bulan yang sangat sarat dengan amal kebajikan dan pahala yang melimpah. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai bulan panen raya. Pada bulan ini, segala amal kebajikan pahalanya dilipatgandakan, sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Sabda Nabi SAW., “Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya) : satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.” Allah berfirman,”Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim)
Di antara amal kebajikan yang sangat dianjurkan dilakukan di bulan Ramadhan adalah tadarus Al-Qur'an. Tadarus Al-Qur'an berarti membaca, merenungkan, menelaah, dan memahami wahyu-wahyu Allah SWT yang turun pertama kali pada malam bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah : 185) Dengan tadarus Al-Qur'an, kandungan hikmah yang termuat dan terkumpul di dalam Al-Qur'an dapat menjadi kompas penunjuk jalan menuju kebenaran.
Malaikat Jibril menyimak tadarus Al-Qur'an Rasulullah setiap bulan Ramadhan. Utsman bin Affan biasa mengkhatamkan tadarus Alqur'an setiap hari sekali. Imam Syafii mengkhatamkan tadarus Al-Qur'an sebanyak enam puluh kali di bulan Ramadhan, Al-Aswad setiap dua hari sekali, Qatadah setiap tiga hari sekali, serta tiap malam pada sepuluh malam akhir bulan Ramadhan. Subhanallah.

Terkait larangan Nabi SAW. mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari, Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sesungguhnya larangan dari Nabi SAW. untuk mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari berlaku jika dilakukan secara rutin. Adapun untuk waktu-waktu yang utama, seperti bulan Ramadhan, lebih-lebih pada malam-malam Lailatulkadar, atau di tempat-tempat yang dimuliakan, seperti di Mekah bagi orang yang memasukinya, selain penduduknya, adalah disunahkan untuk memperbanyak tadarus Alquran. Hal itu dalam rangka mencari keutamaan waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishak, dan yang lainnya.” (Raghib As-Sirjani dan Muhammad Al-Muqaddam dalam bukunya Madrasah Ramadhan)
Al-Qur'an disebut sebagai “Ma`dubatullah” (hidangan Allah SWT.), sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, maka kalian terimalah hidangan-Nya itu semampu kalian.” (HR. Hakim)
Sungguh, Al-Quran merupakan suatu hidangan yang tidak pernah membosankan. Semakin dinikmati, semakin bertambah pula nikmatnya. Oleh karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-Quran akan semakin bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, mempelajarinya, menghafalkannya, memahaminya, mengamalkannya, dan mengajarkannya.
Tidak heran, jika Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya untuk senantiasa bertadarus Al-Qur'an. Ada banyak keutamaan dalam tadarus Al-Qur'an.
  • Pertama, menjadi sebaik-baiknya manusia. Tidak ada manusia yang lebih baik daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Alqur'an. Oleh karena itu, profesi pengajar Al-Qur'an – jika dimasukkan sebagai profesi – adalah profesi terbaik di antara sekian banyak profesi. Sabda Nabi saw., “Sebaik-baik kamu sekalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
  • Kedua, memperoleh kebaikan berlipat. Sabda Nabi SAW., “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
  • Ketiga, memberi syafaat di hari kiamat. Sabda Nabi SAW., “Bacalah olehmu Al-Quran karena sesungguhnya Al-Qur'an itu akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
  • Keempat, dikumpulkan di surga bersama para Malaikat. Sabda Nabi SAW., “Orang yang mahir membaca Al-Quran kelak (mendapat tempat di surga) bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Sementara orang yang kesulitan dan berat jika membaca Al-Qur'an, maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Kelima, mengangkat derajat. Nabi SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Alkitab (Al-Qur'an), dan Ia akan merendahkan derajat suatu kaum yang lain dengannya.” (HR. Muslim)
  • Keenam, menjadi pembeda. Sabda Nabi SAW., “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah limau yang harum baunya dan lezat rasanya. Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah kurma yang tidak berbau, tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Quran seperti buah yang harum baunya, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah handhalah yang tidak ada baunya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tadarus Al-Quran merupakan amalan mulia yang dianjurkan Nabi SAW., terutama pada bulan Ramadhan. Untuk itu, jangan biarkan bulan Ramadhan kali ini berlalu tanpa tadarus Al-Qur'an.

Wallahu'alam.***

sumber : Ayo Belajar Mengaji 

Membaca Ayat Suci Al-Qur'an

Keutamaan Memperindah Bacaan Al-Qur'an

 Pada zamannya, Rasulullah SAW adalah seorang qari’ yang membaca Al Quran dengan suara indah dan merdu. Beliau memang tidak bisa baca, dan tulis, dan langsung belajar Al Quran secara talaqqi dari Malaikat Jibril. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan suroh Al Fath. Pantaslah ketika dahulu para sahabat berjamaah dengan Rasul, ayat-ayat yang panjang tidak menyurutkan mereka untuk tetap setia mengisi shaf yang ada.

Para sahabat juga memiliki minat yang besar terhadap ilmu nagham ini. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat sebagai qari’, diantaranya adalah : Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari. Pada periode tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan periode tabi’ tabi’in dikenal nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.

Sahabat, masih ingatkah dengan kisah keislaman Umar bin Khattab? Umar bin khattab masuk islam karena jatuh cinta dengan ketinggian dan keindahasan bahasa al qur an, Abu sofyan dan abu jahal yang sebegitu membenci umat islam sering secara diam diam mendengarkan lantunan al quran yang dibaca oleh Rasulullah. Tahukah kita bahwa betapa banyak orang orang non muslim yang menjadi muallaf karena senang mendengar adzan. Lalu kenapa kita tidak menggunakan bahasa surga ini untuk menggugah kesadaran orang lain dari alam bawah sadar mereka?

Berikut adalah beberapa hadist keutamaan memperindah bacaan Al Quran. Semoga makin memberikan kita semangat untuk memperindah bacaan kita. Dimulai dari dasar, belajar ilmu tajwid sembari memperlancar, kemudian memperindahnya.

1. “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu, karena suara bagus itu akan menambahkan keindahan bagi Al-Qur’an.” (HR. Imam Hakim)

2. Dari Abu Lubabah yaitu Basyir Ibn Abdul Mundzir ra. bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Barangsiapa tidak melagukan al-Quran, maka ia tidak termasuk golongan kami.

(HR Abu Daud dengan sanad yang baik)Makna: yataghanna atau bertaghanni ialah memperbaguskan suaranya ketika membaca al-Quran . Hadis sahih, diriwayatkan oleh Abu Daud, hadis no. 1258.

3. Dari Abu Hurairah ra. yang berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Allah tidak pernah mengizinkan sesuatu seperti mengizinkan seorang Nabi yang memiliki suara yang indah untuk melagukan al-Qur’an dan mengeraskan suaranya.’ (Muttafaq ‘alaih)

Dikatakan oleh para alim ulama: Bahwa sabda Nabi saw. : Yajharu bihi artinya: Memperkeraskan suara dalam membaca al-Quran ini adalah sebagai penjelasan dari bersabda : ‘yataghanna yakni bertaghanni dari kata ghina’.’ Makna: adzinallahu yakni mendengarkan. Ini sebagai tanda keredhaan dan diterima.Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no. 4635, 4636, 6928, 6973 dan 6989; Muslim, hadis no. 1318 – 1320; Abu Daud, hadis no. 1259; al-Nasa’i, hadis no. 1007 dan 1008; Ahmad, hadis no. 7346, 7498 dan 9429; al-Darimi, hadis no. 3354, 3355 dan 3361.

4. “Sungguh Allah Swt. lebih serius mendengarkan seorang pembaca al-Qur’an dengan suara merdu daripada seorang pemilik biduan perempuan mendengar nyanyian biduannya.” (H.R. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Imam Hakim dari Fudhalah bin Ubaid).

5. Dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash ra. dari Nabi Muhammad saw. beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada orang  yang membaca Al Qur’an: Baca, tingkatkan dan perindah bacaanmu sebagaimana kamu memperindah urusan di dunia, sesungguhnya kedudukanmu pada akhir ayat yang engkau baca.”(Riwayat Abu Daud dan Tirmizi, beliau berkata: Hadits ini hasan sahih)

6. Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi Muhammad saw. bersabda, “Yang paling layak mengimami kaum dalam shalat adalah mereka yang paling fasih membaca Al Qur’an.(Riwayat Muslim)

sumber: Ayo Belajar Mengaji
 

Belajar Membaca Al-Qur'an

Tak Ada Kata Terlambat Belajar Al-Qur'an


Dari Aisyah radhiallahu ‘anhu, katanya: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala. ”(Hadits Muttafaq ‘Alaih).

Subhanallah…Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.
Saudaraku,
Ketika kita dihadapkan pada peluang belajar Al Qur’an, sering muncul gangguan-gangguan yang akhirnya membuat kita mundur dan menunda-nunda peluang tersebut. Dan mungkin selalu ada saja alasan yang seakan masuk akal, sehingga kita tidak lagi merasa bersalah ketika mengabaikan tugas yang sangat penting ini.
1. Sudah terlalu tua
Di antara kita mungkin ada yang beralasan, bahwa kita sudah terlambat dalam belajar. Masa-masa keemasan kita sudah lewat. Kita sudah terlalu tua untuk dapat mengingat ayat-ayat Al Qur’an dengan baik. Lidah kita sudah terlalu kaku untuk dapat melafalkan huruf dengan fashih.
Padahal tahukah kita, bahwa Rasulullah mulai menghafal Al Qur’an di usia 41 tahun? Tahukah kita bahwa rata-rata usia para sahabat ketika mulai belajar Al Qur’an adalah 30 tahun? Di antara mereka bahkan ada yang mantan perampok, pembunuh, pemerkosa atau pelacur, sementara mereka juga adalah kaum buta huruf? Allahlah yang telah menutup dosa-dosa mereka dengan maghfirohNya. Kemuliaan dan keberkahan akan lahir berkat perjuangan mereka sendiri.  Allah berfirman,
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubah diri mereka sendiri.
Ada pepatah mengatakan,
Belajar di masa kecil seperti mengukir di atas batu, sementara belajar di masa tua seperti mengukir di atas air
Ini adalah pepatah yang benar adanya. Tapi bukan berarti ia menjadi pembenaran atas berdiam dirinya kita dari upaya ini. Mengukir di atas air memang susah, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kemauan yang kuat akan membekukan air menjadi es. Kerja keras akan menjadikannya karya yang indah. Dan kontinyuitas akan menjaganya sepanjang usia kita. Jadi, masihkah alasan itu kita pergunakan?
2. Kesibukan yang menyita
Alasan kesibukan adalah alasan yang paling sering kita kemukakan. Kita merasa bahwa waktu kita sudah habis oleh ini dan itu. Ketika kita bermaksud untuk belajar Al Qur’an di sebuah halaqoh, tiba-tiba kita menemukan bahwa di waktu tersebut kita memiliki kegiatan yang jauh lebih penting. Akhirnya kita menyerah oleh keadaan. Dan kitapun —lagi-lagi— meninggalkan keinginan tersebut.
Benarkah kita sudah tak memiliki waktu lagi?
Hitunglah berapa jam waktu tidur kita… Berapa jam waktu yang kita habiskan di perjalanan… Juga jam-jam istirahat kita dan jam-jam bersenda gurau dengan orang lain…
Sudahkah semua itu sebanding dengan ibadah harian yang kita kerjakan? Sudahkah kita berlaku adil terhadap waktu kita? Tak bisakah kita menyisihkan waktu untuk Al Qur’an meskipun hanya sesaat? Benarkah tak bisanya kita adalah karena kehabisan waktu?
Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi,
Barang siapa yang disibukkan Al Qur`an hingga tidak sempat berdzikir dan meminta kepadaKu, niscaya akan Aku berikan sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan pada orang-orang yang meminta…”
3. Yang penting pemahaman
Sering ada orang yang bertanya kepada saya ketika ia ingin bergabung dengan halaqoh Al Qur’an. Di antara pertanyaan tersebut adalah, “Apakah belajar Al Qur’an di sini disertai tafsirnya atau hanya belajar membaca saja?”. Sungguh disayangkan ketika akhirnya banyak di antara mereka yang membatalkan keinginannya, hanya karena di sini tidak menyediakan program Tafsir Al Qur’an secara resmi.
Bagi orang yang menganggap bahwa memahami Al Qur’an lebih utama dari membacanya, atau mungkin sebaliknya, cukuplah baginya hadits-hadits Rasulullah berikut ini,
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”
“Sikap iri tidak diperbolehkan kecuali terhadap dua hal; seseorang yang di beri Al Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang hari…”
“Orang yang pandai membaca Al Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sementara orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata serta merasa kesulitan akan mendapatkan dua pahala.”
“Bacalah Al Qur’an! Sesungguhnya Al Qur’an akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi sahabat-sahabatnya”
“Dikatakan kepada Shohib Al Qur’an, ‘Bacalah! Naiklah (ke surga) dan nikmatilah (bacaan Al Qur’anmu) sebagaimana kamu menikmati bacaan Al Qur’an di dunia! Sesungguhnya kedudukanmu (di surga) sesuai dengan akhir ayat yang kamu baca.”

Ketahuilah bahwa nilai membaca Al Qur’an, menghafal dan memahaminya adalah sama di hadapan Allah. Membaca adalah kunci pembuka menuju pemahaman. Dan pemahaman akan meyakinkan kita tentang keharusan menghafal Al Qur’an.
Sesungguhnya masih banyak lagi alasan-alasan lain yang sering melintas di benak kita, yang telah dan akan terus menghalangi kita dari belajar dan berinteraksi dengan Al Qur’an. Tapi kita cukupkan pembahasan tentang hal ini, karena semua alasan itu sesungguhnya hanya alasan yag dipaksakan.
Yang perlu kita perbaiki adalah hati. Jika hati baik, maka baik yang lainnya. Jika hati rusak, maka rusak seluruhnya. Di antara penyebab kerusakan hati adalah apa yang diungkapkan oleh Rasulullah,

Seseorang yang tak ada sedikitpun Al Qur’an dalam hatinya seperti rumah yang rusak

Sumber : Ayo Belajar Ngaji