Tak Ada Kata Terlambat Belajar Al-Qur'an
Sumber
: Ayo Belajar Ngaji
Dari Aisyah radhiallahu
‘anhu, katanya: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Orang yang membaca
Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat,
sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya
baginya dua pahala. ”(Hadits Muttafaq ‘Alaih).
Subhanallah…Dua pahala,
yakni pahala membaca dan pahala susah
payahnya.
Saudaraku,
Ketika kita dihadapkan pada peluang belajar Al Qur’an, sering muncul gangguan-gangguan yang akhirnya membuat kita mundur dan menunda-nunda peluang tersebut. Dan mungkin selalu ada saja alasan yang seakan masuk akal, sehingga kita tidak lagi merasa bersalah ketika mengabaikan tugas yang sangat penting ini.
Saudaraku,
Ketika kita dihadapkan pada peluang belajar Al Qur’an, sering muncul gangguan-gangguan yang akhirnya membuat kita mundur dan menunda-nunda peluang tersebut. Dan mungkin selalu ada saja alasan yang seakan masuk akal, sehingga kita tidak lagi merasa bersalah ketika mengabaikan tugas yang sangat penting ini.
1. Sudah terlalu tua
Di antara kita mungkin ada
yang beralasan, bahwa kita sudah terlambat dalam belajar. Masa-masa keemasan
kita sudah lewat. Kita sudah terlalu tua untuk dapat mengingat ayat-ayat Al
Qur’an dengan baik. Lidah kita sudah terlalu kaku untuk dapat melafalkan huruf
dengan fashih.
Padahal tahukah kita, bahwa
Rasulullah mulai menghafal Al Qur’an di usia 41 tahun? Tahukah kita bahwa
rata-rata usia para sahabat ketika mulai belajar Al Qur’an adalah 30 tahun? Di
antara mereka bahkan ada yang mantan perampok, pembunuh, pemerkosa atau
pelacur, sementara mereka juga adalah kaum buta huruf? Allahlah yang telah
menutup dosa-dosa mereka dengan maghfirohNya. Kemuliaan dan keberkahan akan
lahir berkat perjuangan mereka sendiri. Allah berfirman,
Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum sehingga mereka mau merubah diri mereka sendiri.
Ada pepatah mengatakan,
Belajar di masa kecil
seperti mengukir di atas batu, sementara belajar di masa tua seperti mengukir
di atas air
Ini adalah pepatah yang
benar adanya. Tapi bukan berarti ia menjadi pembenaran atas berdiam dirinya
kita dari upaya ini. Mengukir di atas air memang susah, tapi bukan sesuatu yang
mustahil. Kemauan yang kuat akan membekukan air menjadi es. Kerja keras akan
menjadikannya karya yang indah. Dan kontinyuitas akan menjaganya sepanjang usia
kita. Jadi, masihkah alasan itu kita pergunakan?
2. Kesibukan yang menyita
Alasan kesibukan adalah
alasan yang paling sering kita kemukakan. Kita merasa bahwa waktu kita sudah
habis oleh ini dan itu. Ketika kita bermaksud untuk belajar Al Qur’an di sebuah
halaqoh, tiba-tiba kita menemukan bahwa di waktu tersebut kita memiliki
kegiatan yang jauh lebih penting. Akhirnya kita menyerah oleh keadaan. Dan
kitapun —lagi-lagi— meninggalkan keinginan tersebut.
Benarkah kita sudah tak
memiliki waktu lagi?
Hitunglah berapa jam waktu
tidur kita… Berapa jam waktu yang kita habiskan di perjalanan… Juga jam-jam
istirahat kita dan jam-jam bersenda gurau dengan orang lain…
Sudahkah semua itu sebanding
dengan ibadah harian yang kita kerjakan? Sudahkah kita berlaku adil terhadap
waktu kita? Tak bisakah kita menyisihkan waktu untuk Al Qur’an meskipun hanya
sesaat? Benarkah tak bisanya kita adalah karena kehabisan waktu?
Allah berfirman dalam sebuah
hadits qudsi,
“Barang siapa yang disibukkan Al Qur`an hingga tidak sempat berdzikir
dan meminta kepadaKu, niscaya akan Aku berikan sesuatu yang lebih utama dari
apa yang telah Kuberikan pada orang-orang yang meminta…”
3. Yang penting pemahaman
Sering ada orang yang
bertanya kepada saya ketika ia ingin bergabung dengan halaqoh Al Qur’an. Di
antara pertanyaan tersebut adalah, “Apakah belajar Al Qur’an di sini disertai
tafsirnya atau hanya belajar membaca saja?”. Sungguh disayangkan ketika
akhirnya banyak di antara mereka yang membatalkan keinginannya, hanya karena di
sini tidak menyediakan program Tafsir Al Qur’an secara resmi.
Bagi orang yang menganggap
bahwa memahami Al Qur’an lebih utama dari membacanya, atau mungkin sebaliknya,
cukuplah baginya hadits-hadits Rasulullah berikut ini,
“Barangsiapa yang membaca
satu huruf dari Al Qur’an, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan
menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf,
melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”
“Sikap iri tidak
diperbolehkan kecuali terhadap dua hal; seseorang yang di beri Al Qur’an oleh
Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang hari…”
“Orang yang pandai membaca
Al Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sementara orang yang
membaca Al Qur’an dengan terbata-bata serta merasa kesulitan akan mendapatkan
dua pahala.”
“Bacalah Al Qur’an!
Sesungguhnya Al Qur’an akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at
bagi sahabat-sahabatnya”
“Dikatakan kepada Shohib Al
Qur’an, ‘Bacalah! Naiklah (ke surga) dan nikmatilah (bacaan Al Qur’anmu)
sebagaimana kamu menikmati bacaan Al Qur’an di dunia! Sesungguhnya kedudukanmu
(di surga) sesuai dengan akhir ayat yang kamu baca.”
Ketahuilah bahwa nilai
membaca Al Qur’an, menghafal dan memahaminya adalah sama di hadapan Allah.
Membaca adalah kunci pembuka menuju pemahaman. Dan pemahaman akan meyakinkan
kita tentang keharusan menghafal Al Qur’an.
Sesungguhnya masih banyak
lagi alasan-alasan lain yang sering melintas di benak kita, yang telah dan akan
terus menghalangi kita dari belajar dan berinteraksi dengan Al Qur’an. Tapi
kita cukupkan pembahasan tentang hal ini, karena semua alasan itu sesungguhnya
hanya alasan yag dipaksakan.
Yang perlu kita perbaiki
adalah hati. Jika hati baik, maka baik yang lainnya. Jika hati rusak, maka
rusak seluruhnya. Di antara penyebab kerusakan hati adalah apa yang diungkapkan
oleh Rasulullah,
“Seseorang yang tak ada sedikitpun Al Qur’an dalam hatinya seperti rumah
yang rusak”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar